Senin, 28 April 2025

Sungai Keriau

Sungai Keriau: Nadi Kehidupan dan Warisan Budaya di Kalimantan Barat

Pendahuluan

Sungai Keriau, juga dikenal sebagai Sungai Krio, merupakan salah satu anak sungai dari Sungai Pawan yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Dengan panjang sekitar 197 kilometer, sungai ini mengalir melalui wilayah Kabupaten Ketapang, tepatnya di Kecamatan Nanga Tayap dan sekitarnya. Sungai Keriau memiliki peran penting dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat.


Geografi dan Kondisi Alam

Sungai Keriau mengalir di wilayah barat Pulau Kalimantan yang memiliki iklim hutan hujan tropis (Af menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger). Suhu rata-rata tahunan di kawasan ini sekitar 23°C, dengan bulan terpanas pada Mei (24°C) dan bulan terdingin pada Desember (22°C). Curah hujan tahunan rata-rata mencapai 3.726 mm, dengan bulan Desember sebagai bulan dengan curah hujan tertinggi (495 mm) dan Agustus sebagai bulan dengan curah hujan terendah (160 mm) .​

Peran Sosial dan Ekonomi

1. Sumber Air Bersih

Sungai Keriau merupakan sumber utama air bersih bagi masyarakat di sepanjang alirannya. Air sungai ini digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak, mandi, dan mencuci. Namun, kualitas air sering terganggu akibat aktivitas manusia, seperti pembukaan lahan dan pembuangan limbah domestik, yang dapat menyebabkan air menjadi keruh dan tercemar.

2. Transportasi dan Mobilitas

Sungai ini juga berfungsi sebagai jalur transportasi utama bagi masyarakat setempat. Perahu dan rakit digunakan untuk mengangkut barang dan orang antar desa, terutama pada musim penghujan ketika jalan darat sering terendam banjir.

3. Pertanian dan Perkebunan

Lahan-lahan subur di sepanjang Sungai Keriau digunakan masyarakat untuk menanam padi, sayuran, dan komoditas lokal seperti karet dan durian. Sungai berfungsi sebagai sumber irigasi alami yang sangat penting dalam pertanian tradisional masyarakat Dayak.


Keanekaragaman Hayati

Sungai Keriau dan sekitarnya memiliki ekosistem yang kaya akan keanekaragaman hayati. Sebuah penelitian yang dilakukan di Dusun Nanga Salin, Kecamatan Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu, mencatatkan 42 spesies ikan air tawar yang ditemukan di Sungai Keriau. Beberapa spesies ikan yang ditemukan antara lain ikan arwana, semah, jelawat, gabus, ringgau, rotia, betutu, belida, tambakan, lais, patin, baung, dan catfish .​

Budaya dan Masyarakat Adat

Masyarakat yang tinggal di sepanjang Sungai Keriau sebagian besar merupakan suku Dayak Krio, yang juga dikenal dengan nama Dayak Uheng Kereho, Punan Keriau, Dayak Seputan, Oloh Ot Nyawong, atau Penyahbong. Mereka memiliki bahasa dan budaya yang khas, serta tinggal di daerah hulu sungai. Kerajaan Ulu Aik, yang didirikan sekitar tahun 1700 oleh Pancur Sembore dan Tanjung Porik, terletak di hulu Sungai Keriau .​

Tantangan Lingkungan dan Sosial

1. Banjir Musiman

Setiap tahun, Sungai Keriau mengalami banjir musiman akibat curah hujan tinggi. Banjir ini sering merendam beberapa desa di Kecamatan Pengkadan, seperti Desa Sirajaya, Mawan, Pengkadan Hilir, Kerangan Panjang, dan Sasan. Akibatnya, ruas jalan Pengkadan menuju Kecamatan Jongkong tidak dapat dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat. Masyarakat setempat sering menggunakan rakit sebagai alternatif transportasi saat banjir melanda .​

2. Pencemaran Lingkungan

Kualitas air Sungai Keriau juga terancam akibat pencemaran. Seperti yang terjadi di Desa Nanga Mentebah, air sungai yang sebelumnya jernih kini menjadi keruh setelah hujan deras. Hal ini disebabkan oleh aktivitas pembukaan lahan oleh perusahaan kelapa sawit di hulu sungai, yang menyebabkan sedimentasi dan pencemaran air .​

Upaya Pelestarian dan Mitigasi

1. Pembangunan Infrastruktur

Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) telah merencanakan pembangunan jembatan gantung di Desa Riam Panjang untuk menghubungkan wilayah yang terisolasi akibat banjir. Jembatan ini diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas masyarakat setempat 

2. Pendidikan dan Kesadaran Lingkungan

Pentingnya pendidikan lingkungan bagi masyarakat setempat menjadi kunci dalam menjaga kelestarian Sungai Keriau. Melalui penyuluhan dan pelatihan, masyarakat diharapkan dapat memahami pentingnya menjaga kebersihan sungai dan menghindari aktivitas yang dapat merusak ekosistem sungai.


Kesimpulan

Sungai Keriau merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat di Kabupaten Kapuas Hulu. Namun, tantangan seperti banjir musiman dan pencemaran lingkungan memerlukan perhatian serius dari semua pihak. Melalui upaya bersama dalam pembangunan infrastruktur dan peningkatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sungai Sambas

  Sungai Sambas: Urat Nadi Kehidupan di Kalimantan Barat Pendahuluan Sungai Sambas merupakan salah satu sungai utama yang mengalir di wila...